Kamis, 11 Agustus 2011

Cinta.....Sepenggal Bait Yang Tak Ter'artikan


Seperti sebuah tiupan angin, lembut dan mengantarkan kesejukan.
Angin, sesuatu hal yang abstrak tapi ketika dia sudah bertindak kasar, jangankan
segundukan gunung pasir yang tinggi, bahkan gedung angkuh dan menara
pencakar langit bisa luluh lantak tanpa sisa.

Demikian pula cinta, ia ditakdirkan sebagai satu benda tanpa bentuk, nama
untuk beragam perasaan, judul untuk semua gemuruh hati, muara dari berjuta
makna, wakil dari harapan tak terkira, kekuatan tak terartikan.

Kisah itu pun bermuara pada jatuh cinta, suatu peristiwa paling penting
dalam sejarah kepribadian manusia sepanjang masa.

Cinta, mampu mengubah seorang pengecut jadi pemberani, yang pelit jadi
dermawan, yang malas jadi rajin, yang pesimis jadi optimis, yang kasar jadi
lembut, yang lemah jadi kuat.

Cinta merajut emosi manusia, begitu agung bahkan rumit sekaligus.

Maka syair Rabiah al adawiyah, Rumi, Iqbal Tagore, Kahlil Gibran, sampai
legenda Romeo dan Juliet, Siti Nurbaya, Cinderella menjadi begitu abadi
tersimpan di dalam lembar sejarah hidup manusia.

Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang
melatarinya: .... seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayapnya
yang Patah.

Sebuah kisah dari sang raja yang galau karena sang putra mahkotanya
ternyata seorang pemuda, apatis, dan tak berbakat.
Suatu saat raja mencoba mengubah pribadi putranya dengan kata kunci: "The
power of love". Sang raja kemudian mendatangkan gadis-gadis cantik ke
istananya. Istana pun seketika berubah menjadi taman: semua bunga mekar di
sana. Dan terjadilah sesuatu yang diharapkan, putranya jatuh cinta dengan
seseorang diantara mereka. Tapi kepada gadis itu raja berpesan,"Kalau
puteraku menyatakan cinta padamu, bilang padanya ,"Aku tidak cocok
untukmu, Aku hanya cocok untuk seseorang raja atau seseorang yang berbakat
menjadi raja.

" Benar saja, putera mahkota seketika tertantang. Maka ia pun mempelajari segala
hal yang harus diketahui oleh seorang raja dan ia pun melatih diri menjadi
seorang raja. Dan seketika luar biasa, bakat seorang raja meledak dalam
dirinya. Ia bisa, ternyata ia bisa! Dan semua karena cinta.

Cinta telah bekerja dalam jiwanya, sempurna. Dan memang selalu begitu,
mengali jiwa manusia ke dalam, terus mendalam, sampai mata air keluhuran
hati ditemukannya. Maka dari sana menyeruak luar biasa semua potensi
kebaikan dan keluhuran dalam dirinya. Dari sana, mata air keluhuran
mengalir deras, membanjir dan desak mendesak hingga bermuara pada
perbaikan watak dan penghalusan jiwa.

Cinta membuat manusia jadi manusia, dan memperlakukan manusia ditempat kemanusiaan yang tinggi.

Kalau cinta kita kepada Allah membuat kita mampu memenangkan Allah dalam
segala hal, maka cinta kepada manusia, hewan, tumbuhan atau apa saja,
mendorong kita mempersembahkan semua kebaikan yang diperlukan untuk yang
kita cintai. Dengan kata lain, cinta suci harus mampu membawa sesuatu yang
dicintai pada kebaikan, pada hakikat cinta sejati, pada cinta Allah yang
abadi. Jatuh cinta membuat manusia merendah, tapi sekaligus bertekad penuh
untuk menjadi lebih terhormat.

"Kamu takkan pernah sanggup mendaki sampai ke puncak gunung iman, kecuali
dengan satu kata: cinta. Imanmu hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku,
tanpa nyawa, tanpa gerak, tanpa daya hidup, tanpa daya cipta. Kecuali
ketika ruh cinta menyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak
tanpa henti, penuh vitalitas, penuh daya cipta, bertarung dan mengalahkan
diri sendiri, angkara murka dan syahwat." (Annis Matta)

Seperti itu pulalah cinta bekerja ketika harus memenangkan Allah atas diri
sendiri dan yang lain, atau memenangkan iman atas syahwat.

Sebuah kisah pemuda kufa ahli ibadah, hingga suatu saat ia jatuh cinta
pada seorang gadis, dan cintanya berbalas. Bahkan ketika lamaran sang
pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara
sepupunya, mereka tetap nekat. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya," Aku
datang padamu, atau kuatur cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku",
begitu penjelasan sesatnya.

"Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya
tak pernah padam!" itu jawaban sang pemuda sekaligus membuat sang gadis
terhenyak. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan
cinta. "Jadi dia masih takut pada Allah?", gumam sang gadis. Seketika ia
tersadar, dan tiba-tiba dunia terasa kerdil di hadapannya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan diri untuk beribadah. Tapi cintanya pada pemuda tidak mati. Cintanya berubah menjadi rindu yang berkelana dalam jiwa dan do'a-do'anya. Tubuhnya luluh latak didera rindu, dan akhirnya ia meninggal.

Sang pemuda terhentak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua
cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan
do'a-do'anya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas pusara sang gadis.
Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya, cantik, sangat cantik.
"Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku" , tanya
sang gadis.
"Baik-baik saja. Kamu sendiri di sana bagaimana,"jawabnya sembari balik
bertanya. "Aku di sini dalam surga yang abadi, dalam nikmat hidup tanpa
akhir." Jawab sang gadis. "Do'akan aku, jangan pernah lupa padaku. Aku
selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu", tanya pemuda lagi.
"Aku tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdo'a agar Allah menyatukan
kita di surga, teruslah ibadah. Sebentar lagi engkau akan menyusulku,"
jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun
menemui ajalnya. Atas nama cinta, ia memenangkan Allah atas dirinya
sendiri, atas nama cinta pula Allah akan mempertemukan mereka, dan cinta
bekerja dengan cara itu.

Tersebutlah kisah Umar bin Abdul Azis, seorang ulama, seorang mujtahid. Ia
besar di lingkungan istana megah bani Umayyah, dan hidup dengan gaya hidup
mereka bukan gaya hidup ulama. Shalat jama'ah pun kadang ditinggalkannya,
lantaran belum selesai menyisir rambut. Tapi begitu ia menjadi khalifah,
ia pun bertaubat. Sejak itu ia bertekad untuk berubah dan mengubah dinasti
bani Umayyah. "Aku takut pada neraka", katanya menjelaskan rahasia
perubahannya pada Al-Zuhri.

Ia memulai perubahan besar dalam dirinya, istrinya, anak-anaknya, keluarga
kerajaan, hingga seluruhnya. Kerja keras, walaupun hanya 2 tahun 5 bulan
tapi membuahkan hasil luar biasa. Ia berhasil menggelar keadilan,
kemakmuran dan kejayaan serta nuansa kehidupan zaman Khulafa'ur Rasyidin

Tapi semuanya ada harganya, fisiknya anjlok..Saat itulah istrinya datang
membawa kejutan besar; ia menghadiahkan seorang gadis kepada suaminya
untuk dinikahi. Seorang gadis yang sudah lama dicintai dan sangat diinginkannya, begitu pun sebaliknya sang gadis.
Ironisnya, Fatimah istrinya, tidak pernah mengizinkan, atas nama cinta
dan cemburu.
Tapi sekarang justru sang istrinyalah yang membawa hadiah kepadanya. Fatimah
hanya ingin memberikan dukungan moril kepada suaminya.

Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat paling mengharu biru.
Kenangan romantika sebelum perubahan, bangkit kembali dan menyalakan api
cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwa. Tapi saat cinta hadir di
jalan pertaubatannya, ketika cita-cita perubahan belum usai ditunaikan.
Cinta dan cita bertemu muka dan bertarung dalam pelataran hati sang Pembaharu.

Apa yang salah kalau Umar menikahi gadis itu? Tidak ada! Tapi, "Tidak! Ini
tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya
kembali kepada dunia perasaan semacam itu," kata Umar.

Cinta yang terbelah dan tersublimasi di antara kesadaran hingga berakhir
di puncak keagungan.
Umar memenangkan cinta yang lain., karena memang ada cinta di atas cinta.
Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar,
gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah
cinta itu sekarang?. " Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab,
"Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!" .

Cinta di atas cinta, dan adakah yang lebih mulia cintanya dari suatu Zat
yang begitu mencintai kita?, yang tak pernah meninggalkan kita di saat kita galau dan bimbang. Cinta, semuanya atas nama cinta, bukanlah suatu
hal yang salah apalagi tercela. Ia mampu mengangkat manusia menduduki
posisi paling agung, ketika sang manusia mampu menempatkannya pada posisi
terhormat di relung hatinya.

Allah memberikan kesempatan pada kita untuk menghirup dunia ini, itu atas
cinta Allah pada kita. Allah telah menciptakan kita begitu sempurna,
memberikan kita raga begitu rupa, memberikan kita waktu begitu raya,
memberikan semuanya begitu berharga. Allah pulalah yang selalu di sisi
kita, melihat kita, mendengar kita, membimbing kita menuntun kita walau
kita kadang luput untuk mengingat-Nya. Allah pulalah yang selalu hadir
dalam kesendirian kita, di saat kita tersudut dalam keperihan, di saat kita terpuruk dalam kedukaan, di saat semua lupa pada kita. Allah pulalah satu-satunya yang tak pernah mengecewakan kita atas sesuatu hal yang kita harap. Allah-lah satu satunya yang Maha Pemberi terbaik bagi hamba-hambanya. Begitu besarnya cinta Allah kepada kita, tak tertandingi seluas langit dan bumi pun. Apakah kita, manusia, masih mampu menggantikan cinta-Nya

Apa yang Kau Lakukan, Saudariku?


Bismillahirrrahmanirrahim..

Dulu di seperempat malam kau bangun lalu segera mengambil wudhu, kau tegakkan shalat malam demi Robbmu. Kau khusyukkan hatimu hanya untuk berkhalwat dengan-Nya.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau seakan lupa dengan kebiasaanmu dulu, bukan lagi Robb mu yang kau ingat saat kau membuka mata. Tapi sebuah HP yang selalu ada di sampingmu, matamu langsung tertuju pada layar mencari-cari adakah SMS ataupun Miscall. Dimanakah kau yang dulu saudariku?

Dulu setelah shalat subuh, kau tak lupa membaca Al Quran meski sekedar satu lembar. Al Quran yang tak pernah jauh dari sampingmu, karena kau sangat nyaman dengan keberadaannya sebagai obat hatimu.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau seakan tidak ingat dengan obat hatimu yang selalu kau lantunkan seusai shalat subuh. Kini bukan lagi Al Quran yang kau lantunkan untuk pengobat hatimu, tapi lantunan tuts-tuts HP karena kini kau telah menemukan pengganti obat hati untuk setiap curahan hatimu yaitu “Update Status”. Dimanakah kau yang dulu saudariku?

Dulu kau tak lupa tunaikan Shalat tepat waktu , karena kau sadar bahwa tiap ruas tulangmu memerlukannya. Ketenangan jiwamu seakan terus terusik bila kau tidak segera menunaikannya.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau seakan tak peduli dengan bisikan hatimu yang terusik, bahkan kau enggan memperdulikan ruas tulangmu yang ingin segera bersujud pada-Nya. Hanya karena keinginanmu lebih kuat untuk melihat dan tersenyum sendiri ketika membaca sebuah “comment” yang tertera dalam statusmu. Dimanakah kau yang dulu saudariku?

Dulu setiap kau menunaikan shalat berjamaah layaknya pada bulan barokah ini, kau tunaikan shalat tarawih dengan khusyuk. Karena kau sadar bahwa pada bulan ini lah semua amal dilipat gandakan.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau tak menyadari keinginanmu yang dulu, tak pernah kau tanggalkan Hp mu meskipun penceramah sedang memberimu ilmu, atau kau tak pernah mau ketinggalan mencek status Facebookmu meski taraweh masih berjalan. Hp dan Facebookmu telah melunturkan ke khusyukkanmu.

***

Muhasabah untuk diriku dan dirimu..

Ironis ketika Hp dan Facebook membuat sebagian muslimah menjadi kecanduan, disetiap waktunya tak luput dengan ke dua hal tersebut.

Setelah bangun tidur yang biasanya langsung mencari wudhu, sekarang mencari Hp. Setelah shalat subuh biasanya yang dibaca Al Quran, sekarang yang dibaca status atau comment FB.

Dan yang membuat saya miris, disela-sela taraweh ataupun ketika ada yang berceramah, ada sebagian muslimah justru asyik berkutat dengan Hp atau Facebooknya. Seakan kita lupa bahwa belum tentu bulan barokah ini akan kita temukan lagi tahun depan.

“Ya Allah, ketika Engkau karuniakan kami hati, agar kami mampu melihat dunia dengan kejrnihan mata hati, diantara haq, bathil, benar-salah, baik-buruk, hingga kami pandai mengambil keputusan bijak dalam bersikap, bertindak dan selamat. Begitu sulit ya Rabb untuk mempertahankan hati yang bersih, agar kami selalu ikhlas berbuat hanya mengharap ridho-Mu, agar dengannya kami terhindar pula dari sifat-sifat sombong, angkuh, hasad, iri, dengki, dendam, merasa paling baik, merasa paling benar. Yaa Rabb, jauhkanlah kami dari syetan yang membuat kami lalai menginggatu. Aamiin.”

Wallahu a’lam bish Shawwab.

Source >>> http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2011/08/apa-yang-kau-lakukan-saudariku.html

MERAIH AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN


Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala Allah semata maka diampunilah dosanya yang telah berlalu. ( HR al-Bukhari dan Muslim )

            Allah Swt Yang Maha Pemurah dan Maha Penyanyang, melalui sabda Nabi saw tersebut, telah menegaskan kepada kaum muslim tentang berita pengampunan pada bulan Ramadhan. Sungguh, ini adalah bentuk kebesaran dan kasih sayang Sang pencitpta kepada makhluk-Nya. Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh dengan pengampunan. Oleh sebab itu, pada bulan Ramadhan umat Islam di perintahkan untuk banyak memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun.

Semua Dosa diampuni Allah kecuali Syirik
            Dosa merupakan konsekuensi dari perbuatan maksiat kepada Allah Swt, baik karena mengabaikan kewajiban ataupun melakukan keharaman. Manusia sering berbuat dosa, siang maupun malam hari, dimana saja seseorang sangant mungkin berbuat kesalahan. Berbuat salah memang sudah sunnahtullah. Sebab, Rasul sendiri telah menyatakan bahwa manusia itu tempat salah dan lupa. Untuk itu, Allah Swt memerintahkan hamba-Nya untuk sering meminta ampunan kepada-Nya. Allah berfirman  : “ Orang – orang yang apabila mengerjakan perbutan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Mereka  tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui.” ( QS Ali Imran : 135 ).

            Selain itu, ayat di atas juga menggambarkan bahwa  kaum muslim harus senantiasa memohon ampunan kepada Allah Swt. Memang, jika Allah  Swt menghendaki, dapat saja suatu dosa seseorang langsung diampuni. Namun, Dia sendiri memerintahkan kepada manusia untuk sering meminta ampunan kepada-Nya, baru kemudian Allah Swt akan mengampuni semua dosa manusia, kecuali dosa syirik, tentu selama manusia tidak mau bertobat sampai akhir hayatnya. Allah Swt berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni segala dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari Syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang mempersekutukan Allah, maka ia sungguh telah berbuat dosa yang besar.” ( QS an-Nisa : 48 ).


Memperbanyak Taubat untuk Meraih Ampunan di Bulan Ramadhan
            Disamping Allah Swt telah memerintahkan setiap muslim untuk sering memohon ampunan kepada-Nya, Rasulullah saw juga telah memberikan teladan kepadanya. Dalam hadisnya, Rasul pernah bersada : “ Demi Allah, sesusngguhnya aku benar – benar meminta ampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari .” ( HR. Bukhari dan Muslim )

            Padahal Rasulullah saw. Adalah seorang terpelihara dari dosa, beliau dijamin masuk surga. Namun, beliau tetap harus terus memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Karena itu, muslim yang menjadikan Baginda Rasul sebagai suri teladannya akan berupaya untuk sering meminta ampunan, khususnya pada bulan Ramadhan. Allah Swt Maha Penyayang tidak pilih kasih dalam memberikan ampunan kepada hamba-Nya. Adapun dosanya, berapapun banyaknya, selama hambanya mau bertobat, Dia akan memgampuninya. Katakanlah, “ Hai hamba-hamban-Ku yang melalui batas terhadap diri sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS az-Zumar :53 ).


            Untuk itu, pada kesempatan Ramadhan yang penuh ampunan ini, seorang muslim sudah seharusnya banyak meminta ampunan kepada Allah Swt. Disamping itu, dia akan senantiasa melakukan muhasabah (intropeksi diri ).


Sumber : AR-RISALAH

TANDA-TANDA HARI KIAMAT "Ramai Wanita Membuka Auratnya"


Dalam proses dunia menuju kepada kehancuran, akan timbul kebanyakan wanita membuka aurat mereka di khalayak ramai. Ia adalah salah satu daripada tanda-tanda dekatnya hari kiamat yang jelas sekali kelihatan. Hal tersebut jelas sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

"Pada umatku yang akan datang nanti, ada orang-orang lelaki yang menunggang pelana kuda yang menyerupai pelana unta, lalu turun ke pintu-pintu masjid. Wanita-wanita mereka berpakaian tetapi masih bertelanjang, di mana rambut kepala mereka seperti punuk unta yang tinggi. Maka laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang terlaknat. Jika sesudah kamu nanti masih ada umat-umat lain tentunya wanita-wanita, kamu akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana dahulu kamu dilayani oleh wanita-wanita bangsa-bangsa lain sebelum kamu."
(HR Ahmad)


Dimaksudkan berpakaian tetapi bertelanjang ialah mereka memakai pakaian yang berbagai bentuk fashion tetapi tidak berfungsi langsung untuk menutup aurat. Pakaian mereka tipis dan ketat sehingga menampakkan bentuk-bentuk anggota badan seperti punggung, lengan, rambut, leher, dada, paha dan sebagainya. Keadaan wanita yang dimaksudkan ialah memperlihatkan rambut, bentuk tubuh, wajah, perhiasan-perhiasan dan gaya. Sebagaimana dinyatakan di dalam hadits ini:

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Di antara tanda-tanda telah hampirnya hari kiamat ialah akan timbulnya pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti bertelanjang."

Dunia hari ini telah memperlihatkan kehidupan wanita-wanita bertabbaruj dan membuka aurat. Mereka sering dilihat melalui media massa dan dibesar-besarkan sebagai wanita yang sukses di dalam kehidupan moden. Mereka muncul sebagai model pakaian dan perhiasan-perhiasan, model barang-barang  mewah, artis, ratu cantik dan sebagainya.

Selain dari itu, tidak kurang juga wanita-wanita memakai rambut palsu, memakai lensa mata palsu, mengecat rambut, memakai silikon, mencukur alis mata dan sebagainya. Sebagian melakukan perbuatan-perbuatan  yang boleh menghilangkan sifat-sifat kewanitaan.

Sesungguhnya kelakuan wanita-wanita yang dinyatakan di dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tadi adalah menyimpang dari syari'at dan peradaban. Ia juga merupakan jalan yang boleh merusakkan kehidupan orang-orang laki dari ajaran Islam. Timbulnya wanita-wanita bertabbaruj itu menyebabkan golongan laki rusak akhlak dan moral karena tidak dapat menjaga kemauan nafsu mereka. Inilah bencana yang paling besar berlaku di akhir zaman.

♥ Suamimu adalah Surga dan Nerakamu ♥


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Saat sebuah kepercayaan diberikan kepada kita oleh seorang suami...
Ketahuilah, bahwa pernikahan itu merupakan kerja sama seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk menjalankan kehidupan rumah tangga dan melahirkan generasi yang shalih dan sehat, taat beribadah kepada Allah, mampu membangun kehidupan.


Mari kita renungkan....

~Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka~

Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wassallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari. Ajaib !! Wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?

Karena kekufuran mereka, jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi.

Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197)

~Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!! ~

Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri kita, setiap kita saling introspeksi apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?

Jika kita terbebas dari yang demikian, Alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan.

Berita gembira untukmu wahai saudariku.

Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?

Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?

Tidaklah seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami bagimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami. (HR. At Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat apa yang telah kita lakukan selama ini jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah engkau ketahui.

Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.

Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu. (HR.Ahmad)

JANGAN REMEHKAN DOSA KECIL



Yang demikian adalah apabila dia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan, atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain; maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar.
Dalam menjalani hidup, kita pasti pernah melakukan kesalahan. Setiap melakukan kesalahan tersebut, berarti kita telah melakukan perbuatan dosa yang tidak disukai oleh Allah Swt. Menurut istilah fukaha (ahli hukum Islam), dosa adalah dampak dari pelanggaran ajaran agama yang dilakukan dengan sengaja, sadar, dan tidak ada paksaan. Dapat dikatakan bahwa dosa adalah buah dari tidak menjalankan perintah Allah dan tidak menjauhi larangan-Nya.

Islam membagi dosa dalam 2  kelompok; besar dan kecil. Dosa besar adalah suatu pelanggaran terhadap perintah dan larangan-Nya. Pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian dan kerusakan terhadap orang lain dan bersifat besar serta yang hanya dapat dihapus dengan taubatan nasuha. Taubatan nasuha adalah tobat yang sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya kepada Allah Swt. dan berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama. Khusus di negara yang memiliki syariat Islam, dosa besar dikenai hukum hudud atau qishash.

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. menyebutkan tujuh dosa yang termasuk ke dalam kategori dosa besar, yaitu (1) menyekutukan Allah (syirik), (2) melakukan sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah Swt. kecuali dengan cara yang hak, (4) memakan harta riba, (5) makan harta anak yatim, (6) keluar dari medan perang karena takut kepada musuh, dan (7) menuduh zina kepada wanita mukminat yang telah bersuami.

Sedangkan, dosa kecil ialah dosa yang tidak ditentukan hukumannya ketika di dunia dan tidak diberi ancaman azab keras di akhirat. Selain itu, dosa kecil dapat dihapus dengan cara-cara berikut ini, yaitu memperbanyak istighfar dan dzikir kepada Allah Swt., melakukan ibadah wajib dan sunat, bersedekah, serta menunaikan amalan dan kebajikan.

Contoh nyata dosa kecil adalah zina mata dan zina hati. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi dia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah pandagan, zina lisan adalah perkataan di mana diri ini menginginkan dan menyukai, serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya." (H.R. Bukhari)

Hadits tersebut menyebutkan mukadimah (pembuka atau tahap awal) zina. Orang yang melakukannya berarti telah mendekati zina. Bagi orang yang memandang wanita yang bukan mahramnya, bersalaman, atau menyentuh; di dunia tidak ada hukumannya, juga tidak dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Dosa semacam inilah yang dikategorikan sebagai dosa kecil.

Meski kecil, kita tidak boleh menyepelekan kelompok dosa yang satu ini. Dosa kecil yang dilakukan berulang-ulang sebaiknya kita hindari karena akan terangkum menjadi satu dosa yang besar.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya." (H.R. Bukhari)

Ya, dosa kecil yang terus ditumpuk akan menimbulkan kegelapan hati. Kegelapan itu akan benar-benar nyata dalam hati seperti halnya melihat dan merasakan gelapnya malam. Sesungguhnya, ketaatan itu cahaya dan dosa itu kegelapan. Semakin banyak dosa yang dilakukan, akan semakin gelap hati seseorang. Akibatnya, orang yang terus menerus melakukan dosa, pasti akan jatuh ke dalam kekafiran kerena hatinya sudah terhijab (tertutup) oleh kemaksiatan, dan kebenaran (al-haq) tidak mungkin lagi dapat menyentuh hati.

Bila hati telah sepenuhnya tertutup noda, tidak akan ada petunjuk yang dapat menembus gelapnya dan si empunya hati tidak akan mendapat manfaat dari peringatan-peringatan yang terdapat di dalam Al-Quran. Seharusnya kita merasa khawatir akan kehilangan nikmat hidayah ini, sehingga tidak boleh meremehkan dosa kecil.

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa dosa kecil tidak selamanya kecil. Dalam kondisi tertentu, dosa kecil akan menjadi dosa besar. Apa sajakah indikasinya?

Pertama, dosa kecil yang dilakukan terus-menerus.

Hal ini terjadi karena pengaruh kerasnya jiwa dan adanya bercak di dalam hati.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Allah Swt. berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Q.S. Ali Imran [3]: 135)

Ibu Abbas pernah berkata, "Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan dengan terus menerus dan tidak ada dosa besar apabila disertai dengan istighfar."

Kedua, menganggap remeh dosa kecil.

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika berkumpul dalam diri seseorang, ia (dosa kecil itu) akan membinasakannya." (H.R. Ahmad dan Thabrani dalam Al-Ausath)

Ketiga, bergembira dengan dosa.

Orang yang bangga dengan dosa berarti sudah begitu lupa dengan bahaya dosa. Sehingga, malah senang tatkala dapat melampiaskan keinginannya yang terlarang. Perasaan senang terhadap suatu kemaksiatan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukannya serta tidak adanya keinginan untuk bertobat. Jika kealpaan dan kelalaian semacam ini telah begitu parah, akan menyeret kita untuk melakukannya secara terus menerus, merasa tenang dengan perbuatan salah, dan bertekad untuk terus melakukannya.

Kondisi ini adalah jenis lain dari dosa yang jauh lebih berbahaya daripada dosa yang dilakukan sebelumnya. Allah berfirman, "Dan apabila dikatakan kepadanya, 'Bertakwalah kepada Allah', bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka, cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 206)

Keempat, membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah Swt.

Seseorang yang melakukan dosa kecil dan telah ditutupi oleh Allah Swt. terkadang malah menampakkan dan menceritakannya. Maka, dosanya justru menjadi berlipat karena telah tergabung beberapa dosa. Dia telah mengundang orang untuk mendengarkan dosa yang dikerjakannya dan bisa jadi akan memancing orang lain untuk ikut melakukannya.

Dosa yang tadinya kecil, dengan sebab ini, bisa berubah menjadi lebih besar. Allah berfirman,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


"Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, 'Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?' Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan, neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 7)

Kelima, terang-terangan dalam berbuat maksiat.

 Rasulullah Saw. bersabda, "Semua umatku akan diampuni dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) dan yang termasuk mujaharah adalah seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, hingga pagi hari Allah telah menutupi dosa tersebut, tetapi kemudian dia berkata, 'Wahai fulan, semalam saya berbuat ini dan berbuat itu.' Padahal, Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut." (H.R. Bukhari Muslim)

Keenam, yang melakukan perbuatan dosa itu adalah orang yang menjadi teladan.

Yang demikian adalah apabila dia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan, atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain; maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar. Akan tetapi, lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah, atau yang semisalnya; maka tentunya hal itu dimaafkan. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang memberi contoh di dalam Islam dengan contoh yang jelek, dia akan mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya setelah dia tanpa dikurangi dosa tersebut sedikit pun." (H.R. Muslim)

Jadi, sudah sewajarnya kita lebih berhati-hati dalam menjalani hidup ini agar jangan sampai berbuat dosa kecil yang berakhir menjadi dosa besar. Naudzubillaahi min dzaalik.
Jangan lupa komentar anda, semoga sangat bermanfaat amin...

Sumber :http://www.percikaniman.org/category/artikel-islam/jangan-remehkan-dosa-kecil