Kamis, 11 Agustus 2011

Cinta.....Sepenggal Bait Yang Tak Ter'artikan


Seperti sebuah tiupan angin, lembut dan mengantarkan kesejukan.
Angin, sesuatu hal yang abstrak tapi ketika dia sudah bertindak kasar, jangankan
segundukan gunung pasir yang tinggi, bahkan gedung angkuh dan menara
pencakar langit bisa luluh lantak tanpa sisa.

Demikian pula cinta, ia ditakdirkan sebagai satu benda tanpa bentuk, nama
untuk beragam perasaan, judul untuk semua gemuruh hati, muara dari berjuta
makna, wakil dari harapan tak terkira, kekuatan tak terartikan.

Kisah itu pun bermuara pada jatuh cinta, suatu peristiwa paling penting
dalam sejarah kepribadian manusia sepanjang masa.

Cinta, mampu mengubah seorang pengecut jadi pemberani, yang pelit jadi
dermawan, yang malas jadi rajin, yang pesimis jadi optimis, yang kasar jadi
lembut, yang lemah jadi kuat.

Cinta merajut emosi manusia, begitu agung bahkan rumit sekaligus.

Maka syair Rabiah al adawiyah, Rumi, Iqbal Tagore, Kahlil Gibran, sampai
legenda Romeo dan Juliet, Siti Nurbaya, Cinderella menjadi begitu abadi
tersimpan di dalam lembar sejarah hidup manusia.

Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang
melatarinya: .... seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayapnya
yang Patah.

Sebuah kisah dari sang raja yang galau karena sang putra mahkotanya
ternyata seorang pemuda, apatis, dan tak berbakat.
Suatu saat raja mencoba mengubah pribadi putranya dengan kata kunci: "The
power of love". Sang raja kemudian mendatangkan gadis-gadis cantik ke
istananya. Istana pun seketika berubah menjadi taman: semua bunga mekar di
sana. Dan terjadilah sesuatu yang diharapkan, putranya jatuh cinta dengan
seseorang diantara mereka. Tapi kepada gadis itu raja berpesan,"Kalau
puteraku menyatakan cinta padamu, bilang padanya ,"Aku tidak cocok
untukmu, Aku hanya cocok untuk seseorang raja atau seseorang yang berbakat
menjadi raja.

" Benar saja, putera mahkota seketika tertantang. Maka ia pun mempelajari segala
hal yang harus diketahui oleh seorang raja dan ia pun melatih diri menjadi
seorang raja. Dan seketika luar biasa, bakat seorang raja meledak dalam
dirinya. Ia bisa, ternyata ia bisa! Dan semua karena cinta.

Cinta telah bekerja dalam jiwanya, sempurna. Dan memang selalu begitu,
mengali jiwa manusia ke dalam, terus mendalam, sampai mata air keluhuran
hati ditemukannya. Maka dari sana menyeruak luar biasa semua potensi
kebaikan dan keluhuran dalam dirinya. Dari sana, mata air keluhuran
mengalir deras, membanjir dan desak mendesak hingga bermuara pada
perbaikan watak dan penghalusan jiwa.

Cinta membuat manusia jadi manusia, dan memperlakukan manusia ditempat kemanusiaan yang tinggi.

Kalau cinta kita kepada Allah membuat kita mampu memenangkan Allah dalam
segala hal, maka cinta kepada manusia, hewan, tumbuhan atau apa saja,
mendorong kita mempersembahkan semua kebaikan yang diperlukan untuk yang
kita cintai. Dengan kata lain, cinta suci harus mampu membawa sesuatu yang
dicintai pada kebaikan, pada hakikat cinta sejati, pada cinta Allah yang
abadi. Jatuh cinta membuat manusia merendah, tapi sekaligus bertekad penuh
untuk menjadi lebih terhormat.

"Kamu takkan pernah sanggup mendaki sampai ke puncak gunung iman, kecuali
dengan satu kata: cinta. Imanmu hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku,
tanpa nyawa, tanpa gerak, tanpa daya hidup, tanpa daya cipta. Kecuali
ketika ruh cinta menyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak
tanpa henti, penuh vitalitas, penuh daya cipta, bertarung dan mengalahkan
diri sendiri, angkara murka dan syahwat." (Annis Matta)

Seperti itu pulalah cinta bekerja ketika harus memenangkan Allah atas diri
sendiri dan yang lain, atau memenangkan iman atas syahwat.

Sebuah kisah pemuda kufa ahli ibadah, hingga suatu saat ia jatuh cinta
pada seorang gadis, dan cintanya berbalas. Bahkan ketika lamaran sang
pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara
sepupunya, mereka tetap nekat. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya," Aku
datang padamu, atau kuatur cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku",
begitu penjelasan sesatnya.

"Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya
tak pernah padam!" itu jawaban sang pemuda sekaligus membuat sang gadis
terhenyak. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan
cinta. "Jadi dia masih takut pada Allah?", gumam sang gadis. Seketika ia
tersadar, dan tiba-tiba dunia terasa kerdil di hadapannya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan diri untuk beribadah. Tapi cintanya pada pemuda tidak mati. Cintanya berubah menjadi rindu yang berkelana dalam jiwa dan do'a-do'anya. Tubuhnya luluh latak didera rindu, dan akhirnya ia meninggal.

Sang pemuda terhentak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua
cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan
do'a-do'anya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas pusara sang gadis.
Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya, cantik, sangat cantik.
"Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku" , tanya
sang gadis.
"Baik-baik saja. Kamu sendiri di sana bagaimana,"jawabnya sembari balik
bertanya. "Aku di sini dalam surga yang abadi, dalam nikmat hidup tanpa
akhir." Jawab sang gadis. "Do'akan aku, jangan pernah lupa padaku. Aku
selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu", tanya pemuda lagi.
"Aku tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdo'a agar Allah menyatukan
kita di surga, teruslah ibadah. Sebentar lagi engkau akan menyusulku,"
jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun
menemui ajalnya. Atas nama cinta, ia memenangkan Allah atas dirinya
sendiri, atas nama cinta pula Allah akan mempertemukan mereka, dan cinta
bekerja dengan cara itu.

Tersebutlah kisah Umar bin Abdul Azis, seorang ulama, seorang mujtahid. Ia
besar di lingkungan istana megah bani Umayyah, dan hidup dengan gaya hidup
mereka bukan gaya hidup ulama. Shalat jama'ah pun kadang ditinggalkannya,
lantaran belum selesai menyisir rambut. Tapi begitu ia menjadi khalifah,
ia pun bertaubat. Sejak itu ia bertekad untuk berubah dan mengubah dinasti
bani Umayyah. "Aku takut pada neraka", katanya menjelaskan rahasia
perubahannya pada Al-Zuhri.

Ia memulai perubahan besar dalam dirinya, istrinya, anak-anaknya, keluarga
kerajaan, hingga seluruhnya. Kerja keras, walaupun hanya 2 tahun 5 bulan
tapi membuahkan hasil luar biasa. Ia berhasil menggelar keadilan,
kemakmuran dan kejayaan serta nuansa kehidupan zaman Khulafa'ur Rasyidin

Tapi semuanya ada harganya, fisiknya anjlok..Saat itulah istrinya datang
membawa kejutan besar; ia menghadiahkan seorang gadis kepada suaminya
untuk dinikahi. Seorang gadis yang sudah lama dicintai dan sangat diinginkannya, begitu pun sebaliknya sang gadis.
Ironisnya, Fatimah istrinya, tidak pernah mengizinkan, atas nama cinta
dan cemburu.
Tapi sekarang justru sang istrinyalah yang membawa hadiah kepadanya. Fatimah
hanya ingin memberikan dukungan moril kepada suaminya.

Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat paling mengharu biru.
Kenangan romantika sebelum perubahan, bangkit kembali dan menyalakan api
cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwa. Tapi saat cinta hadir di
jalan pertaubatannya, ketika cita-cita perubahan belum usai ditunaikan.
Cinta dan cita bertemu muka dan bertarung dalam pelataran hati sang Pembaharu.

Apa yang salah kalau Umar menikahi gadis itu? Tidak ada! Tapi, "Tidak! Ini
tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya
kembali kepada dunia perasaan semacam itu," kata Umar.

Cinta yang terbelah dan tersublimasi di antara kesadaran hingga berakhir
di puncak keagungan.
Umar memenangkan cinta yang lain., karena memang ada cinta di atas cinta.
Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar,
gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah
cinta itu sekarang?. " Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab,
"Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!" .

Cinta di atas cinta, dan adakah yang lebih mulia cintanya dari suatu Zat
yang begitu mencintai kita?, yang tak pernah meninggalkan kita di saat kita galau dan bimbang. Cinta, semuanya atas nama cinta, bukanlah suatu
hal yang salah apalagi tercela. Ia mampu mengangkat manusia menduduki
posisi paling agung, ketika sang manusia mampu menempatkannya pada posisi
terhormat di relung hatinya.

Allah memberikan kesempatan pada kita untuk menghirup dunia ini, itu atas
cinta Allah pada kita. Allah telah menciptakan kita begitu sempurna,
memberikan kita raga begitu rupa, memberikan kita waktu begitu raya,
memberikan semuanya begitu berharga. Allah pulalah yang selalu di sisi
kita, melihat kita, mendengar kita, membimbing kita menuntun kita walau
kita kadang luput untuk mengingat-Nya. Allah pulalah yang selalu hadir
dalam kesendirian kita, di saat kita tersudut dalam keperihan, di saat kita terpuruk dalam kedukaan, di saat semua lupa pada kita. Allah pulalah satu-satunya yang tak pernah mengecewakan kita atas sesuatu hal yang kita harap. Allah-lah satu satunya yang Maha Pemberi terbaik bagi hamba-hambanya. Begitu besarnya cinta Allah kepada kita, tak tertandingi seluas langit dan bumi pun. Apakah kita, manusia, masih mampu menggantikan cinta-Nya

Apa yang Kau Lakukan, Saudariku?


Bismillahirrrahmanirrahim..

Dulu di seperempat malam kau bangun lalu segera mengambil wudhu, kau tegakkan shalat malam demi Robbmu. Kau khusyukkan hatimu hanya untuk berkhalwat dengan-Nya.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau seakan lupa dengan kebiasaanmu dulu, bukan lagi Robb mu yang kau ingat saat kau membuka mata. Tapi sebuah HP yang selalu ada di sampingmu, matamu langsung tertuju pada layar mencari-cari adakah SMS ataupun Miscall. Dimanakah kau yang dulu saudariku?

Dulu setelah shalat subuh, kau tak lupa membaca Al Quran meski sekedar satu lembar. Al Quran yang tak pernah jauh dari sampingmu, karena kau sangat nyaman dengan keberadaannya sebagai obat hatimu.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau seakan tidak ingat dengan obat hatimu yang selalu kau lantunkan seusai shalat subuh. Kini bukan lagi Al Quran yang kau lantunkan untuk pengobat hatimu, tapi lantunan tuts-tuts HP karena kini kau telah menemukan pengganti obat hati untuk setiap curahan hatimu yaitu “Update Status”. Dimanakah kau yang dulu saudariku?

Dulu kau tak lupa tunaikan Shalat tepat waktu , karena kau sadar bahwa tiap ruas tulangmu memerlukannya. Ketenangan jiwamu seakan terus terusik bila kau tidak segera menunaikannya.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau seakan tak peduli dengan bisikan hatimu yang terusik, bahkan kau enggan memperdulikan ruas tulangmu yang ingin segera bersujud pada-Nya. Hanya karena keinginanmu lebih kuat untuk melihat dan tersenyum sendiri ketika membaca sebuah “comment” yang tertera dalam statusmu. Dimanakah kau yang dulu saudariku?

Dulu setiap kau menunaikan shalat berjamaah layaknya pada bulan barokah ini, kau tunaikan shalat tarawih dengan khusyuk. Karena kau sadar bahwa pada bulan ini lah semua amal dilipat gandakan.

Namun kini, apa yang kau lakukan saudariku?

Kau tak menyadari keinginanmu yang dulu, tak pernah kau tanggalkan Hp mu meskipun penceramah sedang memberimu ilmu, atau kau tak pernah mau ketinggalan mencek status Facebookmu meski taraweh masih berjalan. Hp dan Facebookmu telah melunturkan ke khusyukkanmu.

***

Muhasabah untuk diriku dan dirimu..

Ironis ketika Hp dan Facebook membuat sebagian muslimah menjadi kecanduan, disetiap waktunya tak luput dengan ke dua hal tersebut.

Setelah bangun tidur yang biasanya langsung mencari wudhu, sekarang mencari Hp. Setelah shalat subuh biasanya yang dibaca Al Quran, sekarang yang dibaca status atau comment FB.

Dan yang membuat saya miris, disela-sela taraweh ataupun ketika ada yang berceramah, ada sebagian muslimah justru asyik berkutat dengan Hp atau Facebooknya. Seakan kita lupa bahwa belum tentu bulan barokah ini akan kita temukan lagi tahun depan.

“Ya Allah, ketika Engkau karuniakan kami hati, agar kami mampu melihat dunia dengan kejrnihan mata hati, diantara haq, bathil, benar-salah, baik-buruk, hingga kami pandai mengambil keputusan bijak dalam bersikap, bertindak dan selamat. Begitu sulit ya Rabb untuk mempertahankan hati yang bersih, agar kami selalu ikhlas berbuat hanya mengharap ridho-Mu, agar dengannya kami terhindar pula dari sifat-sifat sombong, angkuh, hasad, iri, dengki, dendam, merasa paling baik, merasa paling benar. Yaa Rabb, jauhkanlah kami dari syetan yang membuat kami lalai menginggatu. Aamiin.”

Wallahu a’lam bish Shawwab.

Source >>> http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2011/08/apa-yang-kau-lakukan-saudariku.html

MERAIH AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN


Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala Allah semata maka diampunilah dosanya yang telah berlalu. ( HR al-Bukhari dan Muslim )

            Allah Swt Yang Maha Pemurah dan Maha Penyanyang, melalui sabda Nabi saw tersebut, telah menegaskan kepada kaum muslim tentang berita pengampunan pada bulan Ramadhan. Sungguh, ini adalah bentuk kebesaran dan kasih sayang Sang pencitpta kepada makhluk-Nya. Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh dengan pengampunan. Oleh sebab itu, pada bulan Ramadhan umat Islam di perintahkan untuk banyak memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun.

Semua Dosa diampuni Allah kecuali Syirik
            Dosa merupakan konsekuensi dari perbuatan maksiat kepada Allah Swt, baik karena mengabaikan kewajiban ataupun melakukan keharaman. Manusia sering berbuat dosa, siang maupun malam hari, dimana saja seseorang sangant mungkin berbuat kesalahan. Berbuat salah memang sudah sunnahtullah. Sebab, Rasul sendiri telah menyatakan bahwa manusia itu tempat salah dan lupa. Untuk itu, Allah Swt memerintahkan hamba-Nya untuk sering meminta ampunan kepada-Nya. Allah berfirman  : “ Orang – orang yang apabila mengerjakan perbutan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Mereka  tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui.” ( QS Ali Imran : 135 ).

            Selain itu, ayat di atas juga menggambarkan bahwa  kaum muslim harus senantiasa memohon ampunan kepada Allah Swt. Memang, jika Allah  Swt menghendaki, dapat saja suatu dosa seseorang langsung diampuni. Namun, Dia sendiri memerintahkan kepada manusia untuk sering meminta ampunan kepada-Nya, baru kemudian Allah Swt akan mengampuni semua dosa manusia, kecuali dosa syirik, tentu selama manusia tidak mau bertobat sampai akhir hayatnya. Allah Swt berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni segala dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari Syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Siapa saja yang mempersekutukan Allah, maka ia sungguh telah berbuat dosa yang besar.” ( QS an-Nisa : 48 ).


Memperbanyak Taubat untuk Meraih Ampunan di Bulan Ramadhan
            Disamping Allah Swt telah memerintahkan setiap muslim untuk sering memohon ampunan kepada-Nya, Rasulullah saw juga telah memberikan teladan kepadanya. Dalam hadisnya, Rasul pernah bersada : “ Demi Allah, sesusngguhnya aku benar – benar meminta ampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali sehari .” ( HR. Bukhari dan Muslim )

            Padahal Rasulullah saw. Adalah seorang terpelihara dari dosa, beliau dijamin masuk surga. Namun, beliau tetap harus terus memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Karena itu, muslim yang menjadikan Baginda Rasul sebagai suri teladannya akan berupaya untuk sering meminta ampunan, khususnya pada bulan Ramadhan. Allah Swt Maha Penyayang tidak pilih kasih dalam memberikan ampunan kepada hamba-Nya. Adapun dosanya, berapapun banyaknya, selama hambanya mau bertobat, Dia akan memgampuninya. Katakanlah, “ Hai hamba-hamban-Ku yang melalui batas terhadap diri sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS az-Zumar :53 ).


            Untuk itu, pada kesempatan Ramadhan yang penuh ampunan ini, seorang muslim sudah seharusnya banyak meminta ampunan kepada Allah Swt. Disamping itu, dia akan senantiasa melakukan muhasabah (intropeksi diri ).


Sumber : AR-RISALAH

TANDA-TANDA HARI KIAMAT "Ramai Wanita Membuka Auratnya"


Dalam proses dunia menuju kepada kehancuran, akan timbul kebanyakan wanita membuka aurat mereka di khalayak ramai. Ia adalah salah satu daripada tanda-tanda dekatnya hari kiamat yang jelas sekali kelihatan. Hal tersebut jelas sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

"Pada umatku yang akan datang nanti, ada orang-orang lelaki yang menunggang pelana kuda yang menyerupai pelana unta, lalu turun ke pintu-pintu masjid. Wanita-wanita mereka berpakaian tetapi masih bertelanjang, di mana rambut kepala mereka seperti punuk unta yang tinggi. Maka laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang terlaknat. Jika sesudah kamu nanti masih ada umat-umat lain tentunya wanita-wanita, kamu akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana dahulu kamu dilayani oleh wanita-wanita bangsa-bangsa lain sebelum kamu."
(HR Ahmad)


Dimaksudkan berpakaian tetapi bertelanjang ialah mereka memakai pakaian yang berbagai bentuk fashion tetapi tidak berfungsi langsung untuk menutup aurat. Pakaian mereka tipis dan ketat sehingga menampakkan bentuk-bentuk anggota badan seperti punggung, lengan, rambut, leher, dada, paha dan sebagainya. Keadaan wanita yang dimaksudkan ialah memperlihatkan rambut, bentuk tubuh, wajah, perhiasan-perhiasan dan gaya. Sebagaimana dinyatakan di dalam hadits ini:

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Di antara tanda-tanda telah hampirnya hari kiamat ialah akan timbulnya pakaian-pakaian wanita dan apabila mereka memakainya keadaannya seperti bertelanjang."

Dunia hari ini telah memperlihatkan kehidupan wanita-wanita bertabbaruj dan membuka aurat. Mereka sering dilihat melalui media massa dan dibesar-besarkan sebagai wanita yang sukses di dalam kehidupan moden. Mereka muncul sebagai model pakaian dan perhiasan-perhiasan, model barang-barang  mewah, artis, ratu cantik dan sebagainya.

Selain dari itu, tidak kurang juga wanita-wanita memakai rambut palsu, memakai lensa mata palsu, mengecat rambut, memakai silikon, mencukur alis mata dan sebagainya. Sebagian melakukan perbuatan-perbuatan  yang boleh menghilangkan sifat-sifat kewanitaan.

Sesungguhnya kelakuan wanita-wanita yang dinyatakan di dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tadi adalah menyimpang dari syari'at dan peradaban. Ia juga merupakan jalan yang boleh merusakkan kehidupan orang-orang laki dari ajaran Islam. Timbulnya wanita-wanita bertabbaruj itu menyebabkan golongan laki rusak akhlak dan moral karena tidak dapat menjaga kemauan nafsu mereka. Inilah bencana yang paling besar berlaku di akhir zaman.

♥ Suamimu adalah Surga dan Nerakamu ♥


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....

Saat sebuah kepercayaan diberikan kepada kita oleh seorang suami...
Ketahuilah, bahwa pernikahan itu merupakan kerja sama seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk menjalankan kehidupan rumah tangga dan melahirkan generasi yang shalih dan sehat, taat beribadah kepada Allah, mampu membangun kehidupan.


Mari kita renungkan....

~Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka~

Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wassallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari. Ajaib !! Wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?

Karena kekufuran mereka, jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi.

Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197)

~Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!! ~

Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri kita, setiap kita saling introspeksi apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?

Jika kita terbebas dari yang demikian, Alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan.

Berita gembira untukmu wahai saudariku.

Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?

Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?

Tidaklah seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami bagimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami. (HR. At Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat apa yang telah kita lakukan selama ini jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah engkau ketahui.

Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.

Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu. (HR.Ahmad)

JANGAN REMEHKAN DOSA KECIL



Yang demikian adalah apabila dia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan, atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain; maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar.
Dalam menjalani hidup, kita pasti pernah melakukan kesalahan. Setiap melakukan kesalahan tersebut, berarti kita telah melakukan perbuatan dosa yang tidak disukai oleh Allah Swt. Menurut istilah fukaha (ahli hukum Islam), dosa adalah dampak dari pelanggaran ajaran agama yang dilakukan dengan sengaja, sadar, dan tidak ada paksaan. Dapat dikatakan bahwa dosa adalah buah dari tidak menjalankan perintah Allah dan tidak menjauhi larangan-Nya.

Islam membagi dosa dalam 2  kelompok; besar dan kecil. Dosa besar adalah suatu pelanggaran terhadap perintah dan larangan-Nya. Pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian dan kerusakan terhadap orang lain dan bersifat besar serta yang hanya dapat dihapus dengan taubatan nasuha. Taubatan nasuha adalah tobat yang sungguh-sungguh dan sebenar-benarnya kepada Allah Swt. dan berjanji tidak mengulangi kesalahan yang sama. Khusus di negara yang memiliki syariat Islam, dosa besar dikenai hukum hudud atau qishash.

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. menyebutkan tujuh dosa yang termasuk ke dalam kategori dosa besar, yaitu (1) menyekutukan Allah (syirik), (2) melakukan sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah Swt. kecuali dengan cara yang hak, (4) memakan harta riba, (5) makan harta anak yatim, (6) keluar dari medan perang karena takut kepada musuh, dan (7) menuduh zina kepada wanita mukminat yang telah bersuami.

Sedangkan, dosa kecil ialah dosa yang tidak ditentukan hukumannya ketika di dunia dan tidak diberi ancaman azab keras di akhirat. Selain itu, dosa kecil dapat dihapus dengan cara-cara berikut ini, yaitu memperbanyak istighfar dan dzikir kepada Allah Swt., melakukan ibadah wajib dan sunat, bersedekah, serta menunaikan amalan dan kebajikan.

Contoh nyata dosa kecil adalah zina mata dan zina hati. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi dia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah pandagan, zina lisan adalah perkataan di mana diri ini menginginkan dan menyukai, serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya." (H.R. Bukhari)

Hadits tersebut menyebutkan mukadimah (pembuka atau tahap awal) zina. Orang yang melakukannya berarti telah mendekati zina. Bagi orang yang memandang wanita yang bukan mahramnya, bersalaman, atau menyentuh; di dunia tidak ada hukumannya, juga tidak dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya. Dosa semacam inilah yang dikategorikan sebagai dosa kecil.

Meski kecil, kita tidak boleh menyepelekan kelompok dosa yang satu ini. Dosa kecil yang dilakukan berulang-ulang sebaiknya kita hindari karena akan terangkum menjadi satu dosa yang besar.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya." (H.R. Bukhari)

Ya, dosa kecil yang terus ditumpuk akan menimbulkan kegelapan hati. Kegelapan itu akan benar-benar nyata dalam hati seperti halnya melihat dan merasakan gelapnya malam. Sesungguhnya, ketaatan itu cahaya dan dosa itu kegelapan. Semakin banyak dosa yang dilakukan, akan semakin gelap hati seseorang. Akibatnya, orang yang terus menerus melakukan dosa, pasti akan jatuh ke dalam kekafiran kerena hatinya sudah terhijab (tertutup) oleh kemaksiatan, dan kebenaran (al-haq) tidak mungkin lagi dapat menyentuh hati.

Bila hati telah sepenuhnya tertutup noda, tidak akan ada petunjuk yang dapat menembus gelapnya dan si empunya hati tidak akan mendapat manfaat dari peringatan-peringatan yang terdapat di dalam Al-Quran. Seharusnya kita merasa khawatir akan kehilangan nikmat hidayah ini, sehingga tidak boleh meremehkan dosa kecil.

Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa dosa kecil tidak selamanya kecil. Dalam kondisi tertentu, dosa kecil akan menjadi dosa besar. Apa sajakah indikasinya?

Pertama, dosa kecil yang dilakukan terus-menerus.

Hal ini terjadi karena pengaruh kerasnya jiwa dan adanya bercak di dalam hati.

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Allah Swt. berfirman, "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Q.S. Ali Imran [3]: 135)

Ibu Abbas pernah berkata, "Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan dengan terus menerus dan tidak ada dosa besar apabila disertai dengan istighfar."

Kedua, menganggap remeh dosa kecil.

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Berhati-hatilah kalian terhadap dosa kecil, sebab jika berkumpul dalam diri seseorang, ia (dosa kecil itu) akan membinasakannya." (H.R. Ahmad dan Thabrani dalam Al-Ausath)

Ketiga, bergembira dengan dosa.

Orang yang bangga dengan dosa berarti sudah begitu lupa dengan bahaya dosa. Sehingga, malah senang tatkala dapat melampiaskan keinginannya yang terlarang. Perasaan senang terhadap suatu kemaksiatan menunjukkan adanya keinginan untuk melakukannya serta tidak adanya keinginan untuk bertobat. Jika kealpaan dan kelalaian semacam ini telah begitu parah, akan menyeret kita untuk melakukannya secara terus menerus, merasa tenang dengan perbuatan salah, dan bertekad untuk terus melakukannya.

Kondisi ini adalah jenis lain dari dosa yang jauh lebih berbahaya daripada dosa yang dilakukan sebelumnya. Allah berfirman, "Dan apabila dikatakan kepadanya, 'Bertakwalah kepada Allah', bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka, cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 206)

Keempat, membongkar dan menceritakan dosa yang telah ditutupi oleh Allah Swt.

Seseorang yang melakukan dosa kecil dan telah ditutupi oleh Allah Swt. terkadang malah menampakkan dan menceritakannya. Maka, dosanya justru menjadi berlipat karena telah tergabung beberapa dosa. Dia telah mengundang orang untuk mendengarkan dosa yang dikerjakannya dan bisa jadi akan memancing orang lain untuk ikut melakukannya.

Dosa yang tadinya kecil, dengan sebab ini, bisa berubah menjadi lebih besar. Allah berfirman,

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


"Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, 'Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?' Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan, neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 7)

Kelima, terang-terangan dalam berbuat maksiat.

 Rasulullah Saw. bersabda, "Semua umatku akan diampuni dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) dan yang termasuk mujaharah adalah seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, hingga pagi hari Allah telah menutupi dosa tersebut, tetapi kemudian dia berkata, 'Wahai fulan, semalam saya berbuat ini dan berbuat itu.' Padahal, Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut." (H.R. Bukhari Muslim)

Keenam, yang melakukan perbuatan dosa itu adalah orang yang menjadi teladan.

Yang demikian adalah apabila dia melakukan dosa itu dengan sengaja, disertai kesombongan, atau dengan mempertentangkan antara nash yang satu dengan yang lain; maka dosa kecilnya bisa berubah menjadi besar. Akan tetapi, lain halnya jika melakukannya karena kesalahan dalam ijtihad, marah, atau yang semisalnya; maka tentunya hal itu dimaafkan. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang memberi contoh di dalam Islam dengan contoh yang jelek, dia akan mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya setelah dia tanpa dikurangi dosa tersebut sedikit pun." (H.R. Muslim)

Jadi, sudah sewajarnya kita lebih berhati-hati dalam menjalani hidup ini agar jangan sampai berbuat dosa kecil yang berakhir menjadi dosa besar. Naudzubillaahi min dzaalik.
Jangan lupa komentar anda, semoga sangat bermanfaat amin...

Sumber :http://www.percikaniman.org/category/artikel-islam/jangan-remehkan-dosa-kecil 

Selasa, 26 Juli 2011

Hubungan Muda-Mudi Sebelum Menikah (Pacaran) dalam Tinjauan Syariat

Tak kenal maka tak sayang! Itulah sebuah ungkapan yang telah populer di kehidupan kita. Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak seseorang mulai mengenal lingkungan hidupnya. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, istilah (tak kenal maka tak sayang)adalah awal dari terjalinnya hubungan saling mencintai. Apa lagi, di zaman sekarang ini hubungan seperti itu sudah umum terjadi di masyarakat. Yaitu, suatu hubungan yang tidak hanya sekadar kenal, tetapi sudah berhubungan erat dan saling menyayangi. Hubungan seperti ini oleh masyarakat dikenal dengan istilah (pacaran).
Istilah pacaran berasal dari kata dasar pacar yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Istilah pacaran dalam bahasa Arab disebut tahabbub. Pacaran berarti bercintaan; Berkasih-kasihan, yaitu dari sebuah pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
Para ulama telah banyak membicarakan masalah ini, seperti misalnya yang terdapat dalam Fatwa Lajnah Daimah, sebuah kumpulan fatwa dari beberapa ulama. Sebelum sampai pada simpulan hukum pacaran, terlebih dahulu ditelusuri berbagai kemungkinan yang terjadi ketika sebuah pasangan muda-mudi yang bukan mahram menjalin hubungan secara intim. Dengan penelusuran seperti ini, suatu tindakan tertentu yang berkaitan dengan hubungan muda-mudi ini dapat dinilai dari sudut pandang syariat. Dengan demikian, kita akan dengan mudah mengetahui suatu (hubungan) yang masih dapat ditoleransi oleh syariat dan yang tidak.
Apa yang terjadi dari sebuah hubungan antara seseorang dengan orang lain secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima: Perkenalan, Hubungan Sahabat, Jatuh Cinta, Hubungan Intim, dan Hubungan Suami-Istri.

·         Perkenalan
Islam tidak melarang seseorang untuk menganal orang lain, termasuk lawan jenis yang bukan mahram. Bahkan, Islam menganjurkan kepada kita untuk bersatu, berjamaah. Karena, kekuatan Islam itu adalah di antaranya kejamaahan, bahkan Allah menciptakan manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku itu untuk saling mengenal.
Allah SWT berfirman yang artinya, “ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (Al-Hujuraat: 13).


·         Hubungan Sahabat
Hubungan sahabat adalah hubungan sebagai kelanjutan dari sebuah hubungan yang saling mengenal. Setelah saling mengenal, seseorang berhubungan dengan orang lain bisa meningkat menjadi teman biasa atau teman dekat (sahabat). Hubungan sahabat dimulai dari saling mengenal. Hubungan saling mengenal ini jika berlangsung lama akan menciptakan sebuah hubungan yang tidak hanya saling mengenal, tetapi sudah ada rasa solidaritas yang lebih tinggi untuk saling menghormati dan bahkan saling bekerja sama. Contoh yang mungkin dapat diambil dalam hal ini adalah seperti hubungan antara Zainudin MZ dengan Lutfiah Sungkar, Neno Warisman dengan Hari Mukti, dan lain-lain. Mereka adalah pasangan lawan-lawan jenis yang saling mengenal, juga dalam diri mereka terjalin hubungan yang saling menghormati, bahkan mungkin bisa bekerja sama. Dalam Islam, hubungan semacam ini tidaklah dilarang.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah: 2).

·         Jatuh Cinta
Islam juga tidak melarang seseorang mencintai sesuatu, tetapi untuk tingkatan ini harus ada batasnya. Jika rasa cinta ini membawa seseorang kepada perbuatan yang melanggar syariat, berarti sudah terjerumus ke dalam larangan. Rasa cinta tadi bukan lagi dibolehkan, tetapi sudah dilarang. Perasaan cinta itu timbul karena memang dari segi zatnya atau bentuknya secara manusiawi wajar untuk dicintai. Perasaan ini adalah perasaan normal, dan setiap manusia yang normal memiliki perasaan ini. Jika memandang sesuatu yang indah, kita akan mengatakan bahwa itu memang indah. Imam Ibnu al-Jauzi berkata, “ Untuk pemilihan hukum dalam bab ini, kita harus katakan bahwa sesungguhnya kecintaan, kasih sayang, dan ketertarikan terhadap sesuatu yang indah dan memiliki kecocokan tidaklah merupakan hal yang tercela. Terhadap cinta yang seperti ini orang tidak akan membuangnya, kecuali orang yang berkepribadian kolot. Sedangkan cinta yang melewati batas ketertarikan dan kecintaan, maka ia akan menguasai akal dan membelokkan pemiliknya kepada perkara yang tidak sesuai dengan hikmah yang sesungguhnya, hal seperti inilah yang tercela.”
Begitu juga ketika melihat wanita yang bukan mahram, jika ia wanita yang cantik dan memang indah ketika secara tidak sengaja terlihat oleh seseorang, dalam hati orang tersebut kemungkinan besar akan terbesit penilaian suatu keindahan, kecantikan terhadap wanita itu. Rasa itulah yang disebut rasa cinta, atau mencintai. Tetapi, rasa mencintai atau jatuh cinta di sini tidak berarti harus diikuti rasa memiliki. Rasa cinta di sini adalah suatu rasa spontanitas naluri alamiah yang muncul dari seorang manusia yang memang merupakan anugerah Tuhan. Seorang laki-laki berkata kepada Umar bin Khattab r.a., “Wahai Amirul Mukminin, aku telah melihat seorang gadis, kemudian aku jatuh cinta kepadanya.” Umar berkata, “Itu adalah termasuk sesuatu yang tidak dapat dikendalikan.” (R Ibnu Hazm). Dalam kitab Mauqiful Islam minal Hubb, Muhammad Ibrahim Mubarak menyimpulkan apa yang disebut cinta, (Cinta adalah perasaan di luar kehendak dengan daya tarik yang kuat pada seseorang.)
Sampai batas ini, syariat Islam masih memberikan toleransi, asalkan dari pandangan mata pertama yang menimbulkan penilaian indah itu tidak berlanjut kepada pandangan mata kedua. Karena, jika raca cinta ini kemudian berlanjut menjadi tidak terkendali, yaitu ingin memandang untuk yang kedua kali, hal ini sudah masuk ke wilayah larangan.
Allah SWT berfirman: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka”  (An-Nuur: 30:31). Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan yang terpelihara adalah apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat lagi kemudian.
Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, Palingkanlah pandanganmu itu.”(HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).
Rasulullah saw, berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, “Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.”(HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi).
Ibnul Jauzi di dalam Dzamm ul Hawa menyebutkan bahwa dari Abu al-Hasan al-Wa’ifdz, dia berkata, “Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa’idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama.” Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ‘Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?’ Dia menjawab, Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, “Wahai Habib?’Aku menjawab, “Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.” Allah berfirman, ‘Lewatlah Kamu di atas neraka’. Maka aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ‘Aduh (karena sakitnya)’. Maka Dia memanggilku, ‘Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).Hal tersebut sebagai gambaran, bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.
·         Hubungan Intim
Jika rasa jatuh cinta ini berlanjut, yaitu menimbulkan langkah baru dan secara kebetulan pihak lawan jenis merespon dan menerima hubungan ini, terjadilah hubungan yang lebih jauh dan lebih tinggi levelnya, yaitu hubungan intim. Hubungan ini sudah tidak menghiraukan lagi rambu-rambu yang ketat, apalagi aturan. Dalam hubungan ini pasangan muda-mudi sudah bisa merasakan sebagian dari apa yang dialami pasangan suami istri. Pelaku hubungan pada tingkatan ini sudah lepas kendali. Perasan libido seksual sudah sangat mendominasi. Dorongan seksual inilah yang menjadi biang keladi hitam kelamnya hubungan tingkat ini. Bersalaman dan saling bergandeng tangan agaknya sudah menjadi pemandangan umum di kehidupan masyarakat kita, bahkan saling berciuman sudah menjadi tren pergaulan intim muda-mudi zaman sekarang. Inilah hubungan muda-mudi yang sekarang ini kita kenal dengan istilah (pacaran).
Malam minggu adalah malam surga bagi pasangan muda-mudi yang menjalin hubungan pada tingkatan ini. Mereka telah memiliki istilah yang sudah terkenal: (apel). Sang kekasih datang ke rumah kekasihnya. Ada kalanya apel hanya dilaksanakan di rumah saja, ada kalanya berlanjut pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui lingkungan yang dikenalnya. Dengan begitu, mereka bebas melakukan apa saja atas dasar saling menyukai.
Al-Hakim meriwayatkan, “Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya.”
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia berduaan dalam tempat sepi dengan seorang wanita, sedang dia dengan wanita tersebut tidak memiliki hubungan keluarga (mahram), karena yang ketiga dari mereka adalah setan.” (HR Ahmad).
Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”
Ibnul Jauzi di dalam Dzamm ul-Hawa menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas r.a. keduanya berkata, Rasulullah saw. berkhotbah, “Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka.” “Barangsiapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka.” “Barangsiapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan di belenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka.” “Dan barangsiapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia.” “Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.”
Hubungan intim ini akan sampai pada puncaknya jika terjadi suatu hubungan sebagaimana layaknya yang dilakukan oleh suami istri.
·         Hubungan Suami-Istri
Agama Islam itu adalah agama yang tidak menentang fitrah manusia. Islam sangat sempurna di dalam memandang hal semacam ini. Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki dorongan sex. Oleh karena itu, Islam menempatkan syariat pernikahan sebagai salah satu sunnah nabi-Nya.
Hubungan sepasang kekasih mencapai puncak kedekatan setelah menjalin hubungan suami-istri. Dengan pernikahan, seseorang sesungguhnya telah dihalalkan untuk berbuat sesukannya terhadap istri/suaminya (dalam hal mencari kepuasan libido seksualnya: hubungan badan), asalkan saja tidak melanggar larangan yang telah diundangkan oleh syariat.
Kita tidak menyangkal bahwa di dalam kenyataan sekarang ini meskipun sepasang kekasih belum melangsungkan pernikahan, tetapi tidak jarang mereka melakukan hubungan sebagaimana layaknya hubungan suami-istri. Oleh karena itu, kita sering mendengar seorang pemudi hamil tanpa diketahui dengan jelas siapa yang menghamilinya. Bahkan, banyak orang yang melakukan aborsi (pengguguran kandungan) karena tidak sanggup menahan malu memomong bayi dari hasil perbuatan zina.
Jika suatu hubungan muda-mudi yang bukan mahram (belum menikah) sudah seperti hubungan suami istri, sudah tidak diragukan lagi bahwa hubungan ini sudah mencapai puncak kemaksiatan. Sampai hubungan pada tingkatan ini, yaitu perzinaan, banyak pihak yang dirugikan dan banyak hal telah hilang, yaitu ruginya lingkungan tempat mereka tinggal dan hilangnya harga diri dan agama bagi sepasang kekasih yang melakukan perzinaan. Selain itu, sistem nilai-nilai keagamaan di masyarakat juga ikut hancur.
Di dalam kitab Ibnu Majah diriwayatkan bahwa Ibnu Umar r.a. bertutur bahwa dirinya termasuk sepuluh orang sahabat Muhajirin yang duduk bersama rasulullah saw. Lalu, beliau mengarahkan wajahnya kepada kami dan bersabda, Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya.
Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka melakukan terang-terangan, melainkan mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka.
Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi, dan kedurjanaan penguasa.
Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat, melainkan mereka akan mengalami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan.
Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji), melainkan akan Allah utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki.
Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Alquran), melainkan akan Allah jadikan permusuhan antarmereka.(HR Ibnu Majah dan Hakim).
Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ‘Apa ini?’ Kedua orang itu berkata, “Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina.” (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).
Atha al-Khurasaniy berkata, “Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas dan paling busuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.” (Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi).
Dengan mengetahui dampak negatif yang sangat besar ini, kita akan menyadari dan meyakini bahwa apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw. itu ternyata memang benar. Apabila seorang pemuda sudah siap untuk menikah, segerakanlah menikah. Hal ini sangat baik untuk menghindari terjadinya perbutan maksiat. Tetapi, jika belum mampu untuk menikah, orang tersebut hendaknya berpuasa. Karena, puasa itu di antaranya dapat menahan hawa nafsu.
“Wahai segenap pemuda, barang siapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah menikah. Sesungguhnya pernikahan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu seksual, tetapi barang siapa belum mampu, hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu benteng (penjagaan) baginya.” (HR Bukhari).(Abu Annisa)

Referensi:
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi
3. Mauqiful Islam Minal Hubb, Muhammad Ibrahim Mabrouk
4. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
5. Shahih Bukhari
6. Shahih Muslim
7. 1100 Hadits Terplih: Sinar Ajaran Muhammad, Dr. Muhammad Faiz Almath